Saturday, May 2, 2015

Mengenal Jabatan Fungsional Tertentu #6: Guru (Jabatan Fungsional Paling Terhormat, Tapi Langka Diminati)

Profesi yang satu ini semakin langka diminati. Kalaupun masih ada yang berminat, mungkin alasannya karena "dari pada tidak jadi apa-apa..." Namun tahukah anda? Masa depan negri dan bangsa ini, ada pada mereka... para guru. Maka... jika anda menyenangi profesi ini. Jadilah yang terbaik! Berikan karya paling spektakuler untuk mencetak generasi bangsa yang tangguh! Dan katakan : AKU BANGGA MENJADI GURU...
Sebagai prolog, tulisan di atas saya nukil dari Blog yang digawangi Titin Supriatin. Semoga Titin Supriati juga sependapat dengan saya, saat mula pertama Jepang kalah dari Perang Dunia (PD) II, Sang Kaisar saat ingin bangkit dari keterpurukan, yang ditanyakan pertama kali bukan berapa gedung-gedung yang hancur akibat bom atom, atau berapa asset berharga yang musnah akibat PD II, atau berapa tentara dan rakyat Jepang yang mati akibat PD II. Sang Kaisar justru bertanya, berapa orang guru yang masih terselamatkan atau yang masih tersisa? Betapa penting dan strategisnya jabatan atau profesi guru dalam kebangkitan Jepang saat terpuruk dari kekalahan PD II saat itu.


Ki Hajar Dewantara (
"Banyak yang tidak sadar kalau bangsa ini didirikan oleh para Guru. Kita selama ini hanya mengenal Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak Pendidikan Nasional dengan Taman Siswa-nya. Juga petuahnya yang terkenal “Ing Madyo Mangun karso dan Ing Ngarso Sung Tulodo dan Tut Wuri Handayani”. Ternyata, “the Founding Fathers” kita pun juga para guru. Pak Karno, sang proklamator dan Presiden pertama, pernah menjadi guru di Yayasan Muhammadiyah saat diasingkan ke Bengkulu. Bung Hatta pun pernah menjadi pengajar di Unhas Makassar. Ini sungguh membanggakan. Bangsa yang besar. Negara yang terdiri dari banyak suku bangsa ternyata didirikan oleh para pejuang yang banyak menjadi guru. Karenanya, saya pun bangga menjadi guru yang sudah saya tekuni 18 tahun silam meski harus berada di pedalaman dan poentjak goenoeng" tulis Bain Saptaman.

Pembaca boleh percaya jika jauh sebelum konsep pendidikan di Finlandia dicetuskan atau diterapkan, maka gagasan pendidikan serupa telah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara pada tujuh atau delapan dekade silam. Tidaklah berlebihan jika saya berpendapat, seandainya Unesco menganggap Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan dunia.

Ya, sekali lagi guru adalah sebuah profesi strategis, maju mundurnya negeri ini berawal dari profesi guru.

MENGENAL JABATAN PROFESI GURU

Jabatan Fungsional Guru di Indonesia diatur melalui Permenpan Nomor 16 tahun 2009. Peraturan ini sebagai penyempurna peraturan sebelumnya yakni Keputusan Menpan Nomor 84/1993.

Jabatan Fungsional Guru adalah jabatan tingkat keahlian termasuk dalam rumpun pendidikan tingkat taman kanak-kanak, dasar, lanjutan, dan sekolah khusus. Karena ia merupakan profesi, maka untuk menjadi seorang guru harus dididik melalui pendidikan keprofesian.

UU Nomor 14 Tahun 2005 yang diturunkan oleh PP 74 Tahun 2008 bahwa seorang guru harus memiliki 4 (empat) macam kompetensi (Pasal 10):

  1. Kompetensi Pedagogik
  2. Kompetensi Kpribadian
  3. Kompetensi Sosial
  4. Kompetensi Profesional

Dewasa ini pemerintah sudah lebih baik memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian tunjangan profesi. Tunjangan Profesi diberikan setelah guru memenuhi syarat atau kriteria umum misalnya relevansi pendidikan keahlian dengan matapelajaran yang diampu, beban kerja memenuhi syarat minimum, dan telah lulus sertifikasi. Besaran tunjangan profesi diberikan kepada guru sebesar gaji bulanan sesuai dengan golongan penggajiannya.

0 komentar:

Post a Comment

Tulisan-tulisan di blog ini sangat mencerminkan betapa saya masih miskin akan pengetahuan, oleh karena itu masukan dan komentar pembaca merupakan penghormatan bagi saya untuk menulis artikel yang lebih baik lagi terutama dalam hal teknik maupun subtansi tulisan. Penghargaan dan pernyataan terima kasih saya sampaikan kepada pembaca yang telah berkunjung dan menyampaikan harapan-harapan maupun masukan kepada blog ini. Salam saya: Gus Priyono